Mesosistemadalah komponen dari teori sistem ekologi yang dikembangkan oleh Urie Bronfenbrenner pada tahun 1970-an. Ini mengusulkan bahwa anak-anak tidak berkembang hanya dengan pengaruh dari lingkungan keluarga dekat mereka – lingkungan sekitar juga berpengaruh pada perkembangan anak.
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Masyarakat adalah sekelompok manusia yang terjalin erat karena sistem, tradisi, konvensi dan hukum tertentu yang sama. Kehidupan masyarakat pada umumnya tidak terlepas dari kondisi sosial. Kondisi sosial dapat dilihat dari cara berkomunikasi dan berinteraksi dalam masyarakat tersebut. Dimanapun dan kapanpun, manusia senantiasa selalu melakukan dan memerlukan kerja sama dengan orang lain. Manusia memerlukan lingkungan sosial yang serasi dan sejahtera untuk kelangsungan hidup. Lingkungan hidup yang serasi tidak hanya dibutuhkan oleh seseorang saja, tetapi juga oleh seluruh anggota masyarakat dalam lingkungan sosial. Sebagai makhluk sosial, manusia akan selalu berusaha untuk memenuhi kebutuhannya, baik kebutuhan secara pribadi maupun kebutuhan sosialnya. Dalyono 2005, h. 133 menjelaskan bahwa kondisi sosial adalah semua orang atau manusia lain yang mempengaruhi kita. Hal ini berarti lingkungan sosial dapat berpengaruh ke segala aspek, misalnya pendidikan dan ekonomi. Kondisi sosial dapat mempengaruhi seseorang melalui dua cara yaitu langsung dan tidak langsung. Secara langsung yaitu seperti dalam pergaulan sehari-hari baik dari keluarga, teman maupun dalam pekerjaan. Sedangkan secara tidak langsung yaitu melalui media massa baik cetak, audio maupun audio-visual. Kondisi sosial memiliki lima indikator, yaitu umur dan kelamin, pekerjaan, prestise, keluarga atau kelompok rumah tangga, dan keanggotaan dalam kelompok kemasyarakatan Basrowi & Juariyah, 2010. Semua masyarakat di dunia baik yang sederhana maupun kompleks, pola interaksi atau pergaulan hidup antara individu menunjukkan adanya perbedaan kedudukan dan derajat dalam membedakan status pada masyarakat yang kecil biasanya sangat sederhana, karena jumlah warganya yang relatif sedikit, tetapi yang dianggap tinggi statusnya juga tidak begitu banyak analisis sosial adalah salah satu metodologi yang digunakan dan dikembangkan untuk mengetahui dan mendalami realitas atau kondisi sosial. Hal ini berarti analisis sosial memiliki tujuan untuk mencari tahu atau mengumpulkan berbagai informasi terkait kondisi dan realitas dalam lingkugan sosial atau Di Indonesia, kondisi sosial yang menjadi perhatian utama khususnya pada masa pandemi COVID-19, yaitu kondisi sosial ekonomi. Kondisi sosial ekonomi merupakan keadaan yang berhubungan dengan masyarakat yang ditinjau dari segi sosial dan ekonomi. Keadaan tersebut meliputi kebutuhan masyarakat dan cara pemenuhan kebutuhannya. Dalam upaya memenuhi kebutuhan, masyarakat pastinya bekerja sesuai dengan keahlian yang dimiliki agar hasil yang didapatkan sesuai dengan yang diharapkan. Untuk masyarakat atau pekerja yang berpendidikan tinggi, tidak jarang berpenghasilan atau berpendapatan tinggi. Namun, untuk masyarakat atau pekerja yang pendidikannya rendah, akan sulit untuk memperoleh pekerjaan yang berpenghasilan tinggi. Pada masa pandemi COVID-19 di Indonesia memunculkan berbagai persoalan negatif dan mempengaruhi kondisi ekonomi masyarakat, misalnya kehilangan pekerjaan dan bisnis-bisnis yang harus ditutup atau dihentikan, dan juga pendapatan yang semakin berkurang. Padahal kita tahu bahawasannya pada masa pandemi COVID-19 banyak sekali kebutuhan yang harus dipenuhi. Dengan mencari tahu mengenai hal ini, secara tidak langsung kita telah melakukan analisis sosial. Dimana kita mencari tahu kondisi sosial dari suatu daerah atau kelompok penjelasan diatas, ada beberapa manfaat melakukan analisis sosial Memperoleh Informasi Terkait Kondisi atau Situasi Suatu Lingkungan Sosial. 1 2 3 Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lingkungansosial dapat diartikan sebagai interaksi antara masyarakat dan lingkungan ataupun lingkungan yang terdiri dari makhluk sosial. Lingkungan sosial akan membentuk suatu sistem pergaulan yang berperan penting dalam membentuk kepribadian seseorang, lalu terjadi interaksi diantara orang atau masyarakat dengan lingkungannya.
Pengertian Lingkungan Sosial – Apa yang dimaksud dengan lingkungan sosial? Apa tujuan lingkungan sosial? Sebutkan faktor-faktor lingkungan sosial! Jelaskan pengertian lingkungan sosial primer dengan lingkungan sosialsekunder Agar lebih memahaminya, kali ini kita akan membahas tentang pengertian lingkungan sosial menurut para ahli, faktor, jenis dan contoh lingkungan sosial secara lengkap. Baca Juga Pengertian Kecerdasan Sosial Pengertian lingkungan sosial adalah tempat dimana masyarakat saling berinteraksi dan melakukan suatu hal bersama baik antar individu maupun lingkungannya. Definisi lingkungan sosial yaitu interaksi yang terjadi antara masyarakat dan lingkungan maupun lingkungan yang terdiri dari makhluk sosial. Dalam lingkungan sosial akan terbentuk suatu sistem pergaulan yang berperan besar dalam membentuk kepribadian seseorang, selanjutnya akan terjadi interaksi antara individu dengan lingkungannya. Barnett dan Casper 200191 Definisi lingkungan sosial, konteks sosial, konteks sosiokultural, atau milieu yaitu suasana fisik atau suasana sosial dimana didalamnya manusia hidup, atau dimana suatu hal terjadi dan berkembang. Lingkungan sosial dapat berupa kebudayaan atau kultur yang diajarkan atau dialami individu atau individu lain maupun institusi yang berinteraksi dengan individu tersebut. Purba 2002 13-14 Pengertian lingkungan sosial adalah wilayah yang menjadi tempat berlangsungnya berbagai interaksi sosial antara berbagai kelompok dan pranatanya dengan simbol dan nilai juga norma yang telah ditetapkan juga berkaitan dengan lingkungan alam dan lingkungan binaan atau lingkungan buatan tata ruang. Baca Juga Pengertian Kemalasan Sosial Purwanto Lingkungan sosial merupakan setiap individu dan lainnya yang saling mempengaruhi dalam kehidupan sehari-hari. Disalam lingkungan tersebut, manusia membentuk kelompok sosial sebagai upaya mempertahankan hidup juga mengembangkan kehidupan. Amsyari Pengartian lingkungan sosial ialah individu atau kelompok yang berada dalam masyarakat, seperti tetangga, teman, juga orang lain yang belum dikenal di lingkungannya maupun masyarakat umum diluar lingkungannya. Stroz Lingkungan sosial juga diartikan sebagai segala kondisi di lingkungan dalam kehidupan dimana ada cara tertentu yang bisa memberikan pengaruh pada tingkah laku individu, termasuk pertumbuhan dan perkembangan proses kehidupan, serta bisa diartikan sebagai persiapan lingkungan bagi generasi penerus. Ciri-Ciri Lingkungan Sosial Berikut ini ciri atau karakteristik lingkungan sosial, diantaranya Mengikutsertakan berbagai pihak dengan peran dan tanggung jawab masing-masing. Masyarakat dapat menikmati hasilnya sehingga kesejahteraan hidup mereka dapat meningkat. Masyarakat mengembangkan hak dan modal sosial dalam memanfaatkan sumber daya dan pengelolaannya. Tingkatan atau Fase Lingkungan Sosial Pembentukan lingkungan sosial seorang individu pertama kali dilakukan dalam lingkungan keluarga. Dalam lingkungan keluarga, individu diajarkan cara, sikap dan sifat untuk berinteraksi dengan orang lain baik dalam maupun luar keluarga. Baca Juga Pengertian Kemalasan Sosial Selanjutnya, lingkungan sosial individu akan berlanjut ke lingkungan sekolah. Pelajaran bersosialisasi dari keluarga akan dikembangkan ke lingkungan sekolah. Lingkungan sosial sekolah tertinggi berada dibangku perkuliahan. Setelah lingkungan sosial sekolah, seseorang akan memasuki lingkungan kerja. Dalam lingkungan sosial kerja, individu mulai mandiri dan memberikan apresiasi serta ilmunya pada bidang sesuai kemampuannya. Apabila seseorang sudah cukup siap dan dewasa maka ia akan bertemu dengan lingkungan masyarakat. Didalam lingkungan masyarakat, individu akan lebih memahami bagaimana sikap, sifat dan konflik dalam masyarakat yang ditemui saat berada dalam lingkungan keluarga juga sekolah. Faktor Lingkungan Sosial Berikut ini beberapa faktor atau atau komponen lingkungan sosial, diantaranya yaitu Pengelompokan sosial Pengertian pengelompokan sosial adalah penyatuan beragam individu dalam persekutuan sosial yang didasari karena adanya hubungan kekerabatan seperti keluarga marga dan lain sebagainya. Penataan Sosial Penting untuk melakukan penataan sosial untuk mengatur masyarakat agar hidup tertib. Penataan sosial ini bisa berupa aturan yang dipakai sebagai pedoman dalam kerjasama dan pergaulan setiap anggota masyarakat yang dimana setiap orang harus memiliki kedudukan yang jelas sehingga akan lebih jelas untuk mengetahui suatu kepentingan satu sama lainnya. Pranata Sosial Tak sedikit pranata sosial dikembangkan atas dasar kepentingan penguasaan lingkungan pemukiman yang sangat penting bagi kehidupan masyarakat yang berkaitan. Ada banyak peraturan yang dijalankan untuk menyingkirkan orang yang bukan anggota kesatuan sosial tersebut. Kebutuhan Sosial Suatu lingkungan sosial dapat terbentuk akibat adanya keinginan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Meski sudah diketahui bahwa tak semua kebutuhan individu bisa terpenuhi termasuk juga kebutuhan sosial. Baca Juga Pengertian Realitas Sosial Jenis Lingkungan Sosial Berdasarkan pendapat Ahmadi 2003 201, ada 2 macam lingkungan sosial antara lain Lingkungan Sosial Primer Pengertian lingkungan sosial primer adalah jenis lingkungan sosial yang dimana ada suatu hubungan yang erat antar anggota dimana anggotanya saling mengenal dengan baik satu sama lain. Lingkungan Sosial Sekunder Pengertian lingkungan sosial sekunder adalah jenis lingkungan sosial dengan hubungan antar anggotanya agak longgar dan hanya berorientasi pada kepentingan formal dan kegiatan/aktivitas khusus. Contoh Lingkungan Sosial Contoh lingkungan sosial, diantaranya yaitu Lingkungan Keluarga Lingkungan sosial pertama kali seorang individu dibentuk dalam lingkungan keluarga. Dalam lingkungan ini, individu diberi pengajaran tentang cara, sikap dan sifat untuk berinteraksi dengan orang lain. Lingkungan Sekolah Selanjutnya, lingkungan sosial seorang individu akan berlanjut ke lingkungan sekolah, kemudian ia dapat mengembangkan cara bersosialisasi yang telah diajarkan dalam lingkungan keluarga. Lingkungan sosial sekolah ini hingga tingkat sekolah tertinggi yaitu perkuliahan. Lingkungan Kerja Setelah itu, seorang individu akan masuk ke lingkungan kerja, disini ia mulai belajar mandiri dan mengapresiasikan serta ilmunya pada bidang yang seseuai dengan keahliannya. Lingkungan kerja adalah lingkungan sosial yang nantinya mendekatkan individu dengan lingkungan sosial dengan jangkauan terluas. Lingkungan Masyarakat Dari lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan juga lingkungan kerja, selanjutnya individu yang sudah cukup siap dan dewasa akan bertemu dengan lingkungan masyarakat. Dimana didalam lingkungan sosial masyarakat, seorang individu akan memahami konflik; sifat dan sikap dalam masyarakat yang tak ditemui di lingkungan sosial lainnya. Baca Juga Pengertian Modal Sosial Demikian artikel pembahasan tentang pengertian lingkungan sosial menurut para ahli, faktor, jenis dan contoh lingkungan sosial secara lengkap. Semoga bermanfaat
\n \n \n lingkungan sosial tidak langsung yang mempengaruhi politik individu adalah
Environmentallevel yaitu kondisi lingkungan sosial yang mempengaruhi individu secara tidak langsung dan bersifat sangat luas, misalnya kota, provinsi, negara, dan seterusnya. Contoh bentuk komunikasi kesehatan adalah kampanye mencegah hipertensi pada usia 45
Ilustrasi Prilaku dan Partisipasi Politik Perilaku politik dirumuskan sebagai kegiatan yang berkenaan dengan proses pembuatan dan pelaksanaan keputusan politik. Yang melakukan kegiatan adalah pemerintah dan masyarakat. Kegiatan yang dilakukan pada dasarnya dibagi dua, yaitu fungsi-fungsi pemerintahan yang dipegang oleh pemerintah dan fungsi-fungsi politik yang dipegang oleh masyarakat. Pemerintah dan masyarakat merupakan kumpulan manusia. Pada dasarnya manusia yang melakukan kegiatan dibagi dua, yakni warga negara yang memiliki fungsi pemerintahan penjabat pemerintahan, dan warga negara biasa yang tidak memiliki fungsi pemerintahan tetapi memiliki hak untuk mempengaruhi orang yang memiliki fungsi pemerintahan fungsi politik. Namun fungsi pemerintahan maupun fungsi politik biasanya dilaksanakan oleh struktur tersendiri, yaitu suprastruktur politik bagi fungsi-fungsi pemerintahan dan infrastruktur politik bagi fungsi-fungsi politik. Ada dua contoh kajian pendekatan perilaku, yaitu suatu model perilaku politik pada umumnya, dan konsep partisipasi politik. A. Model Perilaku Politik Ada tiga kemungkinan dalam melakukan kajian terhadap perilaku politik yakni, individu aktor politik, agregasi politik, dan tipologi kepribadian politik. Dalam kategori individu aktor politik meliputi aktor politik pemimpin, aktivis politik, dan individu warga Negara biasa. Agregasi adalah individu aktor politik secara kolektif kelompok kepentingan, birokrasi, parpol, lembaga-lembaga pemerintahan, dan bangsa, sedangkan tipologi politik kepribadian politik ialah tipe-tipe kepribadian pemimpin otoriter, machiavelist, dan demokrat. Kajian terhadap perilaku politik dijelaskan dari sudut psikologik di samping pendekatan structural fungsional dan structural konflik. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku politik individu aktor politik yang merupakan kombinasi dari ketiga pendekatan tersebut. Yakni ada empat faktor yang mempengaruhi perilaku politik seorang aktor politik yaitu Lingkungan sosial politik tak langsung sistem politik, sistem ekonomi, sistem budaya, dan media massa.Lingkungan sosial politik langsung yang mempengaruhi dan membentuk kepribadian aktor keluarga, agama, sekolah,dan kelompok pergaulan.Struktur kepribadian yang tercermin dalam sikap individu. Ada tiga basis fungsional sikap, yaitu kepentingan, penyesuaian diri, eksternalisasi dan pertahanan lingkungan sosial politik langsung berupa situasi, yaitu keadaan yang mempengaruhi aktor secara langsung ketika hendak melakukan suatu lingkungan sosial politik tak langsung mempengaruhi lingkungan sosial politik langsung yang berupa sosialisasi, internalisasi, dan politisasi. Selain itu, mempengaruhi juga lingkungan social politik langsung berupa situasi. Tidak hanya itu saja, faktor lingkungan sosial politik langsung yang berupa sosialisasi, internalisasi, dan politisasi akan mempengaruhi struktur kepribadian sikap1. 1. Pemimpin Politik Ini merupakan salah satu tipe aktor politik yang memiliki pengaruh dalam proses politik, adalah pemimpin politik dan pemerintahan. Kepemimpinan merupakan bagian dari kekuasaan tapi tidak sebaliknya. Kepemimpinan merupakan suatu hubungan antara pihak yang memiliki pengaruh dan orang yang dipengaruhi, dan juga merupakan kemampuan menggunakan sumber pengaruh secara efektif. Berbeda dengan kekuasaan yang terdiri atas banyak jenis sumber pengaruh, kepemimpinan lebih kepada kemampuan menggunakan persuasi untuk mempengaruhi pengikutnya sedangkan kekuasaan belum tentu menggunakan pengaruh untuk kepentingan bersama antara pemilik kekuasaan dan yang dikuasai. Sebutan politik dalam kepemimpinan politik menunjukkan kepemimpinan berlangsung dalam suprastruktur politik lembaga-lembaga pemerintahan, dan yang berlangsung dalam infrastruktur parpol dan organisasi kemasyarakatan. Kategorisasi kepemimpinan dapat dilakukan atas tiga kriteria, yaitu proses kepemimpinan dan karakter pemimpin, hasil kepemimpinan dan sumber kekuasaan. Tipe kepemimpinan lain dapat pula dikemukakan berdasarkan motif dan keterampilan pemimpin menggunakan kekuasaan, seperti yang di kemukakan oleh Nicco Machiavelli, yaitu pemimpin tipe rubah foxes dan tipe singa lions. Pemimpin tipe rubah ialah pemimpin yang cerdik dan terampil yang menolak penggunaan paksaan dan lebih mengandalkan diri pada manipulasi dan tawar-menawar dalam mencapai tujuan, sedangkan pemimpin tipe singa adalah pemimpin yang memiliki kekuatan dan integritas yang bersedia menggunakan paksaan dalam mengejar tujuan2. Kepemimpinan dibagi dua, yaitu kepemimpinan transaksional dan kepemimpinan transformatif. 2. Partisipasi Politik Partisipasi merupakan salah satu aspek penting demokrasi. Sehingga partisipasi politik itu adalah kegiatan seseorang atau sekelompok orang untuk ikut serta secara aktif dalam kehidupan politik, seperti memilih pemimpin negara atau upaya-upaya memengaruhi kebijakan pemerintah3. Partisipasi politik ialah kegiatan warga negara biasa dalam mempengaruhi proses pembuatan dan pelaksanaan kebijaksanaan umum dan dalam ikut menentukan pemimpin pemerintahan4. 3. Faktor-Faktor Penyebab Timbulnya Gerakan ke Arah Partisipasi Politik Menurut Myron Weiner, terdapat lima penyebab timbulnya gerakan ke arah partisipasi lebih luas dalam proses politik yaitu sebagai berikut Modernisasi dalam segala bidang kehidupan yang menyebabkan masyarakat makin banyak menuntut untuk ikut dalam kekuasaan politik. Perubahan-perubahan struktur kelas sosial. Masalah siapa yang berhak berpatisipasi dan pembuatan keputusan politik menjadi penting dan mengakibatkan perubahan dalam pola partisipasi politik. Pengaruh kaum intelektual dan komunikasi masa modern. Ide demokratisasi partisipasi telah menyebar ke bangsa-bangsa baru sebelum mereka mengembangkan modernisasi dan industralisasi yang cukup matang. Konflik antar kelompok pemimpin politik. Jika timbul konflik antar elite, maka yang dicari dukungan rakyat. Terjadi perjuangan kelas menentang kaum aristokrat yang menarik kaum buruh dan membantu memperluas hak pilih rakyat. KeterlibaTan pemerintah yang meluas dalam urusan sosial, ekonomi, dan kebudayaan. Meluasnya ruang lingkup aktivitas pemerintah sering merangsang timbulnya tuntutan-tuntutan yang terorganisasi akan kesempatan untuk ikut serta dalam pembuatan keputusan politik. B. Bentuk-Bentuk Partisipasi Politik Bermacam-macam partisipasi politik yang terjadi di berbagai negara dan berbagai waktu. Kegiatan politik konvensional adalah bentuk partisipasi politik yang normal dalam demokrasi modern. Bentuk nonkonvensional antara lain petisi, kekerasan, dan revolusioner. Bentuk-bentuk dan frekuensi partisipasi politik dapat dipakai sebagai ukuran untuk menilai stabilitas politik, integritas kehidupan politik, dan kepuasan atau ketidakpuasan warga negara. Perbedaan antara bentuk partisipasi politik konvensional dengan bentuk partisipasi politik nonkonvensional adalah sebagai berikut Budaya politik yang partisipatif adalah budaya politik yang demokratik, dalam hal ini, akan mendukung terbentuknya sebuah system politik yang demokratik dan stabil. Budaya politik yang demokratik ini menyangkut “suatu kumpulan system keyakinan, sikap, norma, persepsi dan sejenisnya, yang menopang terwujudnya partisipasi,”kata Almond dan Verba5. 1. Budaya Politik Partisipan Menurut Bronson dkk dalam bukunya Belajar Civic Education dari Amerika, beberapa karakter publik dan privat sebagai perwujudan budaya partisipan sebagai berikut 2. Konvensional Pemberian suara voting, Diskusi politik, Kegiatan kampanye, Membentuk dan bergabung dalam kelompok kepentingan, Komunikasi individual dengan pejabat politik dan administratif. 3. Nonkonvensional Pengajuan petisi , berdemontrasi, konfrontasi, mogok,tindak kekerasan politik harta benda perusakan, pemboman, pembakaran, tindakan kekerasan politik terhadap manusia penculikan,pembunuhan,perang gerilya, dan revolusi. Menjadi anggota masyarakat yang independen. Memenuhi tanggung jawab personal kewargaan di bidang ekonomi dan politik. Menghormati harkat dan martabat kemanusiaan setiap dalam urusan-urusan kewarganegaraan secara efektif dan bijaksana. Mengembangkan fungsi demokrasi konstitusional secara sehat. 4. Tipologi Partisipasi Politik Partisipasi dibedakan menjadi partisipasi aktif dan pasif. Partisipasi aktif adalah mengajukan usulan mengenai suatu kebijakan umum, mengajukan alternative kebijakan umum yang berlainan dengan kebijakan yang dibuat pemerintah, mengajukan kritik dan perbaikan untuk meluruskan kebijakan, membayar pajak dan memilih pemimpin pemerintahan. Sedangkan partisipasi pasif berupa kegiatan yang menaati pemerintah, menerima, dan melaksanakan saja setiap keputusan pemerintah. Partisipasi politik dapat pula dikategorikan berdasarkan jumlah pelaku, yakni individual dan kolektif. C. Model Partisipasi Politik Partisipasi politik di Negara-negara yang menerapkan system politik demokrasi merupakan hak warga Negara tetapi dalam kenyataan persentase warga Negara yang berpartisipasi berbeda dari satu Negara ke Negara yang lain. Faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya partisipasi politik seseorang adalah kesadaran politik dan kepercayaan kepada pemerintah sistem politik. Yang dimaksud dengan dengan kesadaran politik ialah kesadaran akan hak dan kewajiban sebagai warga Negara. Sedangkan dengan sikap dan kepercayaan kepada pemerintah ialah penilaian seseorang terhadap pemerintah. 1. Perilaku Memilih Ada lima pendekatan yang digunakan dalam memilih yakni, structural, sosiologis, ekologis, psikologis sosial, dan pilihan rasional. 2. Pendekatan Struktural Melihat kegiatan memilih sebagai produk dari konteks struktur yang lebih luas, seperti struktur sosial, sistem partai, sistem pemilu, permasalahan, dan program yang ditonjolkan oleh setiap partai. 3. Pendekatan Sosiologis Cenderung menempatkan kegiatan memilih dalam kaitan dengan konteks sosial. 4. Pendekatan Ekologis Hanya relevan apabi la dalam suatu daerah pemilihan terdapat perbedaan karakteristik pemilih berdasarkan unit teritorial. 5. Pendekatan Psikologi Sosial Sama dengan penjelasan dalam model perilaku sosial. Konsep ini merujuk pada pemilu berupa identifikasi partai atas partai-partai yang ada atau ketarkaitan emosional pemilih terhadap partai tertentu. 6. Pendekatan Pilihan Rasional Melihat kegiatan memilih sebagai produk kalkulasi unting dan rugi. Keempat pendekatan tersebut sama-sama berasumsi bahwa memilih merupakan kegiatan yang otonom, dalam arti tanpa desakan dan paksaan dari pihak lain. Referensi ₁Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik Jakarta Grasindo, 1992, h 132. ₂Ibid, h. 133-139. ₃Joko Budi Santoso, Modul Kewarganegaraan Solo Hayati, 2006, h 12. ⁴Surbakti, Memahami Ilmu Politik, ⁵Joko Budi Santoso, Modul Kewarganegaraan,
Lingkunganeksternal yang akan dianalisis akan mempengaruhi perkembangan dan dinamika dari makro ekonomi Indonesia dan industri katering di Indonesia yang sedang dan akan terjadi dalam kjangka waktu 3 tahun kedepan. Pada analisis eksternal akan mendapatkan dua fakta yaitu peluang dan ancaman yang dapat berdampak pada keberlangsungan bisnis
Diah Ayu Ratri Putri Aryani Pendidikan dan Literasi Wednesday, 07 Jun 2023, 2356 WIB Sumber Lingkungan merupakan bagian penting untuk pembentukan perilaku anak, karena anak tidak terlepas dari lingkungan sosialnya. Anak sebagai makhluk sosial akan terus berinteraksi dengan lingkungan sosialnya untuk keberlangsungan hidupnya. Kemudian anak akan mengamati dan meniru perilaku-perilaku yang tampak di hadapannya. Nurture adalah faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi individu sejak masih di dalam kandungan sampai meninggal. Namun, pada faktor nurture atau lingkungan. Dimana, lingkungan sangat mendominasi dalam pembentukan perilaku anak, baik lingkungan keluarga, lingkungan sekolah yang juga termasuk lingkungan teman sebaya, lingkungan masyarakat dan lingkungan fisik tempat tinggal anak. Ada tiga jenis lingkungan yang dapat mempengaruhi perilaku anak, Diantaranya adalah sebagai berikut 1. Lingkungan Keluarga Keluarga adalah lingkungan yang paling penting yang dapat membentuk watak dan karakter. Keluarga adalah lingkungan pertama, di mana orang melakukan komunikasi dan sosialisasi diri orang lain selain dirinya. meletakkan dasar pengalaman dengan kasih sayang dan sepenuhnya cinta, kebutuhan akan otoritas dan nilai-nilai ketaatan. Orang tua secara tidak langsung menjadi panutan bagi anak untuk ditiru. apa yang dilihat dan dipelajari oleh orang tua, apa yang dirasakan dan dialami anak, termasuk hal-hal yang menyenangkan, menyakitkan, atau membanggakan, yang dirasakan dalam benak anak. Peniruan perilaku anak melibatkan proses yang mempengaruhi mereka, yaitu perhatian dan representasi. Dalam pandangan psikologis, anak menyerap semua pengalaman pribadinya tanpa evaluasidan seleksi yang ketat. semua diterima sebagai sesuatu yang wajar tanpa keraguan. 2. Lingkungan Sekolah Sekolah adalah lingkungan kehidupan sosial kedua anak setelah keluarga. Anak belajar berinteraksi dengan guru dan teman sebaya, keduanya sama-sama mampu mempengaruhi perilaku anak. Guru adalah mediator baik antara anak-anak atau antara anak-anak dan orang tua. Sekolah juga mengembangkan aspek lain seperti pembentukan sikap, kebiasaan, belajar kelompok, dll. Selain itu, perhatian guru dan metode atau model pembelajaran yang digunakan untuk anak-anak Juga menjadi faktor yang mempengaruhi perkembangan anak. rangkaian aktivitas dimana siswa belajar sedangkan mengajar dilakukan oleh guru, yang meyebabkan terjadinya pembentukan sikap atau tingkah laku dalam diri siswa sebagai interaksinya dengan lingkungan belajar yaitu guru, dan sumber belajar. 3. Lingkungan Sosial Masyarakat Lingkungan masyarakat adalah lingkungan terbesar dalam kehidupan individu. Zastrow, mengatakan bahwa lingkungan masyarakat adalah semua individu dan sistem yang saling berinteraksi satu sama lain untuk membentuk pola hubungan. Oleh karena itu lingkungan masyarakat juga berperan penting dalam menanamkan nilai-nilai etika dan estetika dalam membentuk perilaku anak. Albert Bandura merupakan seorang pakar dalam bidang psikologi yang dikenal melalui teori fenomenalnya tentang Social Model. Menurutnya, perilaku manusia terbentuk dari sebuah proses peniruan yang disebut dengan teknik modeling dari lingkungan sekitarnya. References Asikin, I. Pengembangan Model Pendidikan Karakter Di Lingkungan Keluarga. Huda, N. Penerapan Modelling Teori Albert bandura Pada Mata Pelajaran Fikih Di Mi Umul Qura. Shofiyatuz Zahroh, N. Peran Lingkunagan Sosial Terhadap Pembentukan Karakter Anak Usia Dini di Jogja Green School. Utami, W. D. peran Orang Tua Terhadap Perilaku Meniru Modelling Anak Dalam Konsep Psikologi Perkembangan Di Desa Belanti Kecamatan Sirah Pulau Padang Kabupaten Ogan Komering Ilir. literasi perilaku anak Disclaimer Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku UU Pers, UU ITE, dan KUHP. Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel. Berita Terkait Terpopuler di Pendidikan dan Literasi Terpopuler Tulisan Terpilih
Pengertianlingkungan pemasaran menurut para ahli, yaitu: Philip dan Duncan: Pemasaran adalah segala sesuatu yang meliputi semua langkah yang dipakai dan dibutuhkan guna menempatkan barang yang bersifat nyata ke tangan konsumen.; H. Nystrom: Pemasaran adalah suatu kegiatan penyaluran barang atau jasa dari tangan produsen ke konsumen.;
Pengertian Perilaku Politik, Ruang Lingkup, Dan Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Politik Silahkan Bagikan Tulisan-Artikel ini di 924 PM Perilaku politik dapat diartikan sebagai semua perilaku manusia baik sebagai individu maupun masyarakat yang berkaitan dengan proses pembuatan kebijakan, konflik, kebaikan bersama, serta kekuasaan. Atau dengan kata lain, perilaku politik adalah kegiatan yang dilakukan oleh individu atau kelompok dengan memberikan pengaruh terhadap pengambilan suatu kebijakan untuk tujuan tertentu. Pengertian Perilaku Politik Menurut Para Ahli. Pada hakekatnya perilaku politik merupakan kegiatan masyarakat dalam proses meraih kekuasaan, mempertahankan kekuasaan, serta mengembangkan kekuasaan. Menurut pendapat beberapa ahli, yang dimaksud dengan perilaku politik adalah sebagai berikut Ramlan Surbakti, menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan perilaku politik adalah suatu kegiatan yang berkenaan dengan proses pembuatan dan pelaksanaan keputusan politik. Soedjatmoko, menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan perilaku politik adalah suatu tindakan manusia dalam menghadapi situasi politik tertentu. Sudijono Sastroatmojo, menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan perilaku politik adalah kegiatan yang berkenaan dengan proses pembuatan dan pelaksanaan keputusan politik. Dalam perilaku politik yang bertindak sebagai pelaku atau subyek perilaku politik adalah masyarakat dan pemerintah. Masyarakat sebagai subyek politik berfungsi untuk menjalankan fungsi-fungsi politik melalui infrastruktur politik. Sedangkan pemerintah sebagai subyek politik berperan dalam menjalankan fungsi-fungsi pemerintahan melalui suprastruktur politik. Yang termasuk dalam perilaku politik adalah interaksi antara pemerintah dan masyarakat, antara lembaga-lembaga dan antar kelompok serta individu dalam masyarakat dalam rangka proses pembuatan, pelaksanaan dan penegakan keputusan politik. Oleh karena itu, perilaku politik akan selalu berkaitan dengan tujuan suatu masyarakat. kebijakan untuk mencapai suatu tujuan. sistem kekuasaan yang memungkinkan adanya suatu otoritas untuk mengatur kehidupan masyarakat kearah pencapaian tujuan tersebut. Ruang Lingkup Perilaku Politik. Terdapat tiga unit analisis yang dapat digunakan dalam melakukan kajian terhadap perilaku politik, yaitu individu sebagai aktor politik, adalah tipe aktor politik yang lebih memiliki pengaruh dalam proses politik, seperti pemimpin politik dan pemerintahan, aktivis politik, dan individu sebagai warga negara biasa. agregasi politik, adalah kelompok individu yang tergabung dalam suatu organisasi, seperti birokasi, partai politik, dan lembaga-lembaga pemerintahan. tipologi kepribadian politik, adalah tipe-tipe kepribadian pemimpin, seperti pemimpin yang otoriter, machiavelian, dan demokrat. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Politik. Menurut Ramlan Surbakti, dari kombinasi tiga unit analisis tersebut di atas ruang lingkup perilaku politik, akan menghasilkan suatu model yang merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku politik individu sebagai aktor politik, yaitu lingkungan sosial politik tidak langsung, seperti sistem politik, sistem ekonomi, sistem budaya, dan media massa. lingkungan sosial politik langsung yang mempengaruhi dan membentuk kepribadian aktor, seperti keluarga, agama, sekolah, dan kelompok pergaulan. struktur kepribadian yang tercermin dalam sikap individu. lingkungan sosial politik tidak langsung berupa situasi, yaitu keadaan yang mempengaruhi aktor secara langsung, ketika hendak melakukan suatu kegiatan, seperti cuaca, keadaan keluarga, keadaan ruang, kehadiran orang lain, suasana kelompok, serta ancaman dalam segala bentuknya. Teori Dalam Perilaku Politik. Terdapat beberapa teori dalam mempelajari perilaku politik, baik individu maupun kelompok, diantaranya adalah 1. Teori Perilaku Defensif. Teori perilaku defensif menjelaskan di mana perilaku individu atau kelompok bersifat reaktif atau protektif untuk menghindari tindakan penyalahgunaan atau perubahan, yaitu berupa menghindari tindakan, misalnya dengan penyesuaian secara berlebihan, mengulur-ulur waktu, dan bersifat menipu. menghindari penyalahan, misalnya dengan mencari kambing hitam, sering salah menyatakan, dan bermain aman. menghindari perubahan, misalnya mencari perlindungan diri, melakukan pencegahan, berperilaku defensif, dan pengaturan kesan. 2. Teori Management. Teori management menjelaskan suatu proses yang ditempuh oleh individu dalam upaya mengendalikan kesan orang lain mengenai dirinya. Misalnya dengan mengubah perilaku sesuai norma atau konformitas, mempertahankan gagasan atas pembelaan atau apologi, merakyat, dan menyenangkan orang lain. Sumber perilaku politik yang paling utama adalah budaya politik, yaitu kesepakatan antara pelaku politik tentang apa yang boleh dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan. Kesepakatan tersebut tidak selalu bersifat terbuka, dalam arti tidak setiap kesepakatan dalam budaya politik ditegaskan secara jelas. Ada juga budaya politik yang sifatnya tertutup tetapi tetap dipahami oleh kelompok penjelasan berkaitan dengan pegertian perilaku politik, ruang lingkup, dan faktor yang mempengaruhi perilaku politik. Semoga bermanfaat.
Meskipundari individu yang memilih, bentuk partisipasi ini sering ada di luar jalur atau saluran yang normal, tapi juga seringkali menjadi bagian penting yang berada dalam proses demokratisasi. Faktor Yang Mempengaruhi Partisipasi Politik. Menurut Nimmo, faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi politik, diantaranya yaitu: a.
Politik erat kaitannya dengan cara seseorang / lembaga / organisasi / negara untuk mempengaruhi orang lain guna mencapai tujuan yang sudah disepakati bersama. Dan dalam tipe-tipe budaya politik di Indonesia pelaksanaan sosialisasi politik melalui berbagai tahapan, metode, dan proses. Artikel kita kali ini akan tentang hal membahas terperinci tentang hal Sosialisasi PolitikSebelum kita mengetahui proses sosialisasi dalam politik, sebaiknya kita mengenal terlebih dahulu definisi sosialisasi politik. Sosialisasi politik mempunyai beberapa pengetian menurut para ahli. Beberapa pengertian sosialisai politik adalah sebagai berikutSosialisasi politik menurut Gabriel Almond, adalah proses dimana sikap-sikap, keyakinan dan pola tingkah laku politik dibentuk melalui berbagai sarana yang ada agar politik yang dianut tersampaikan dari satu generasi ke generasi politik menurut Eisendtadt dalam bukunya From Generation to Generation, komunikasi yang dipelajari manusia / individu dengan siapa dia berinteraksi untuk memasuki beberapa hubungan / relasi yang politik menurut Davis F. Aberle dalam bukunya Culture and Socialization, adalah pola-pola mengenai aksi dan tingkah laku yang ditanamkan pada individu melalui ketrampilan-ketrampilan, motif-motif, dan metode-metode untuk menampilkan tingkah laku tertentu di masa sekarang maupun yang akan politik menurut Irvin L. Child, adalah proses dimana setiap individu baru dituntut untuk mengembangkan tingkah laku aktualnya agar sesuai dengan adat kebiasaan / standar-standar tertentu yang dapat diterima oleh kelompok / negaranya. Sosialisasi politik menurut Denis Kavanagh, adalah proses di mana seseorang / individu dengan metode dan cara tertentu dapat menumbuhkan pandangan dan keyakinannya tentang semua pengertian sosialisasi politik yang disebutkan di atas, berarti bahwa proses sosialisai politik merupakan proses yang ditumbuhkan / dilalui setiap individu. Sosialisasi dilakukan dengan tahapan dan metode / cara tertentu agar dapat menumbuhkan keyakinan / tingkah laku berpola tentang sesuatu yang dianut kelompoknya / negaranya. Baca juga Fungsi Sosialisasi PolitikArtikel terkaitPeran Keluarga dalam Pembentukan KepribadianFungsi Sosialisasi PolitikPeran Lembaga Pengendalian SosialOrganisasi di Lingkungan Sekolah dan MasyarakatSistem Politik di Berbagai NegaraTahapan Proses Sosialiasasi Politik Dalam Keluarga Tahapan proses sosialisasi dalam politik sudah dimulai sejak masa anak-anak dan remaja tanpa disadari. Hasil riset David Eston dan Robert Hess, menyatakan bahwa anak-anak secara tidak sadar belajar politik ketika memasuki usia tiga tahun. Mereka belajar dari keluarga, sekolah, dan masyarakat sekitar. Contoh proses itu antara lain, anak mulai mengenal sosok ayah dan ibu serta perannya masing-masing dalam keluarga, mengenal lingkungan rumahnya dan siapa saja yang ada di sana, mengenal profesi di sekitarnya seperti polisi, dokter, satpam, dan ketika masuk usia pra sekolah mereka sudah mengenal nama negara, bendera, dan suku-suku dari teman-temannya. Secara garis besar, tahapan proses sosialisasi poltik menurut David Eston dibagi menjadi empat, yaitu1. Pengenalan Otoritas Kekuasaan Melalui Individu ini merupakan tahap awal proses sosialisasi politik, yang dimulai dari masa anak-anak pra sekolah sekitar usia 3 tahun. Pada saat ini anak-anak mulai mengerti siapa ayah, ibu, presiden, polisi, dokter, Pak RT jika di Indonesia, dan peranan masing-masing individu tersebut. Anak mulai paham arti kekuasaan dari kebiasaan, misalnya di rumah mereka harus mematuhi ayah dan ibu sementara di sekolah mereka harus mematuhi Perbedaan Antara Otoritas / Kekuasaan Internal dan EksternalOtoritas internal dan eksternal yang dimaksud adalah anak membedakan mana pejabat swasta dan pemerintah. Atau dalam kehidupan masyarakat Indonesia, anak mulai mengenal mana orang yang bekerja sebagai pegawai kantor dan bukan pedagang, petani, dan buruh.Pengenalan Mengenai Institusi-Institusi Politik Impersonal / Lembaga-Lembaga NegaraPengenalan institusi politik impersonal dimulai ketika anak mulai usia sekolah. Di mana mereka mempelajari apa yang dimaksud dengan lembaga pemerintah, apa saja yang termasuk lembaga pemerintah, dan apa saja tugas lembaga negara dan wewenangnya. Selain itu dari peristiwa yang mereka alami, anak juga mengenal insitusi-institusi politik impersonal. Misalnya, peristiwa pemilihan umum, peristiwa pergantian presiden, dan Pembedaan Antara Institusi-Institusi Politik dan Orang-Orang yang Terlibat Dalam Institusi-Institusi tahap ini dimulai ketika anak sudah menginjak usia remaja dan remaja dewasa. Ketika usia remaja, mereka mulai mengenal siapa saja tokoh-tokoh politik yang terlibat di negaranya dan apa saja peranannya secara nyata. Kemudian ketika menginjak usia remaja dewasa, individu mulai mengenal lebih dalam dan mulai belajar terlibat dalam organisasi kecil. Perkembangan tersebut kemudian mengarahkan individu untuk memilih akan terlibat secara pasif atau aktif dalam terkaitNorma-norma Dalam Masyarakat Dampak GlobalisasiCara Menjaga Nama Baik SekolahPentingnya Pendidikan KarakterAsas-asas Pokok Demokrasi Proses Sosialisasi dan Politik Dalam KeluargaMenurut Ramlan Surbakti, metode atau cara sosialisasi politik ada dua , yaitu melalui pendidikan poltik dan melalui indoktrinasi politik. Proses sosialisasi dengan cara pendidikan poltik, yaitu dengan cara dialog antara pemberi dan penerima pesan, antara negara dengan masyarakatnya. Dengan dialog poiltik, diharapkan masyarakat dapat memahami dan menerima nilai-nilai, norrma-norma, dan kebijakan negara. Pendidikan politik biasanya digunakan oleh negara-negara yang mempunyai ciri-ciri negara demokrasi. Kebalikan dari pendidikan politik, indoktrinasi adalah penanaman nilai-nilai dan norma-norma yang dianut oleh negara pemerintah yang berkuasa dengan cara sepihak, terkadang bersifat memaksa. Apapun yang dianggap baik dan ideal oleh pemerintah, maka masyarakat harus sosialisasi dalam politik ada 2, yaitu proses secara langsung dan tidak langsung. Proses secara tidak langsung, mengajarkan politik dari hal-hal yang tidak berkaitan dengan politik. Proses ini ada tiga, yaitu magang, pengalihan hubungan antar individu, dan generalisasi. Sementara sosialisasi politik secara langsung ada empat, yaitu pengalaman poltik, pendidikan politik, peniruan perilaku, dan sosialisasi antisipatori. Ketujuh proses tersebut akan diuraikan satu per satu di bawah magang merupakan sarana belajar dengan terjun langsung di suatu tempat tertentu atau organisasi tertentu. Proses sosialisasi politik dapat dimulai dari sini. Individu dapat mengenal dan berinteraksi langsung dengan tingkatan-tingkatan jabatan / peranan yang ada di luar lingkungan hubungan antar individu, pada awalnya, setiap individu tidak mempunyai hubungan yang berkaitan dengan politik. Namun pada akhirnya ketika individu mulai dewasa dan mengenal dunia luar, maka hubungan yang sebelumnya sudah terjadi akan dipengaruhi oleh orientasi kepercayaan dan nilai-nilai atau norma-norma yang dimiliki individu sejak kecil sebenarnya tidak berkaitan dengan politik. Seiring dengan kedewasaan individu, nilai-nilai dan norma / kepercayaan yang dianutnya akan mempengaruhinya untuk berorientasi politik terhadap obyek politik, pengalaman politik merupakan proses sosialisasi secara langsung, di mana setiap individu belajar dari kegiatan-kegiatan politik yang berlangsung. Misalnya, kegiatan pemilihan unum secara aktif atau pasif dan ikut menjadi anggota partai politik. dengan demikian individu akan mengerti fungsi pemilu dan fungsi partai politik, dalam tipe-tpe budaya politik, proses sosialisai ini dilakukan secara langsung, sadar, dan terencana untuk menyampaikan dan menanamkan terhadap orang lain agar memiliki orientasi poltik tertentu dengan metode tertentu pula. Pendidikan poltik dapat dilakukan melalui pendidikan di sekolah, diskusi politik langsung / di televisi, dan kegiatan-kegiatan partai politik di masyarakatnya. Fungsi lembaga politik di sini sangat perilaku imitasi, proses sosialisasi atau imitasi ini biasa dilakukan dengan cara menokohkan seseorang yang terlibat dengan orientasi politik tertentu. Tokoh tersebut adalah individu yang dikenal masyarakat. Sehingga orang lain akan meniru tokoh tersebut dan orientasi politiknya. Atau seorang anak mendukung calon presiden tertentu karena ayah atau kakaknya mendukung calon presiden antisipatori, proses sosialisasi politik secara langsung dengan mempelajari dan meniru tokoh poiltik yang diidolakan. Otomatis hal ini juga akan mempengaruhi orientasi politik individu tahapan dan proses sosialisasi dalam politik tersebut dapat dilaksanakan oleh berbagai agen poltik. Di antara agen poltik bisa keluarga, teman sekelompok / sebaya, partai politik, sekolah, media massa, dan artikel tentang proses sosialisasi dalam politik yang diuraikan dengan singkat. Semoga dapat mudah dipahami dan bermanfaat bagi pembaca semua untuk mempelajari tentang politik dan ketatanegaraan.
Adabeberapa faktor psikologi dalam lingkungan kerja yang juga bisa mempengaruhi perilaku kerja dari setiap karyawan dan para pekerja yang akan kami ulas dalam artikel berikut ini. Lingkungan Kerja. Dalam sebuah lingkungan kerja, rasa aman harus bisa didapatkan para pekerja. Karyawan atau pekerja akan menaruh perhatian besar terhadap
Ruang lingkup perilaku politik Dalam pelaksanaan pemilu di Negara ataupun dalam pelaksanaan pilkada langsung di suatu daerah, perilaku pemilih dapat berupa perilaku masyarakat dalam menentukan sikap dan pilihan dalam pelaksanaan pemilu atau pilkada tersebut hal ini jugalah yang membuat digunakannya teori perilaku politik dalam proposal penenlitian ini. Perilaku politik dapat di bagi tiga yaitu 24 1. Perilaku politik lembaga-lembaga dan para pejabat pemerintah, yang bertanggung jawab membuat, melaksanakan dan menegakkan keputusan politik. 2. Perilaku warga negara biasa, berhak mempengaruhi pihak pemerintah dalam melaksanakan fungsinya karena apa yang dilakukan pihak pemerintah menyangkut kehidupan masyarkat luas. 3. Tipologi kepribadian pemimpin, yaitu tipe-tipe kepribadian pemimpin otoriter, Machivelist dan demokrat. Kajian terhadap perilaku politik sering kali dijelaskan dalam kajian psikologis di samping pendekatan struktural fungsional dan struktural konflik. Perilaku aktor politik seperti perencanaan, pengambilan keputusan dan penegakan keputusan dipengaruhi oleh berbagai dimensi latarbelakang yang merupakan bahan dalam pertimbangan politiknya. Demikian juga warga negara biasa dalam berperilaku politik juga dipengaruhi oleh berbagai faktor dan latar belakang. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku politik Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku politik masyarakat adalah sebagai berikut a. Perilaku politik, faktor politik ada empat faktor yang meliputi 1. Lingkungan sosial politik tak langsung, seperti sistem politik, sistem ekonomi, sistem budaya dan media massa. 24 Ibid hal. 132 Universitas Sumatera Utara 2. Lingkungan sosial politik langsung yang mempengaruhi dan membentuk kepribadian aktor politik seperti keluarga, agama, sekolah dan kelompok pergaulan. 3. Struktur kepribadian yang tercermin dalam sikap individu. 4. Faktor ini saling mempengaruhi aktor politik dalam kegiatan dan perilaku politiknya, baik langsung maupun tidak langsung. 25 b. Faktor sosial, yaitu 1. Komunikasi politik Kompol, yaitu komunikasi yang mempunyai konsekuensi politik baik secara actual maupun potensial, yang mengatur kegiatan dalam keberadaan suatu konflik. 2. Kesadaran Politik, yang menyangkut minat dan pengetahuan seseorang terhadap lingkungan masyarakat dan politik. 3. Pengetahuan masyarakat terhadap proses pengambilan keputusan. 4. Kontrol masyarakat terhadap kebijakan publik yakni masyarakat menguasai kebijakan publik dan memiliki kewenangan untuk mengelola suatu objek kajian tertentu. Pembentukan perilaku politik seseorang salah satunya dipengaruhi oleh lingkungan sosial dan ini bisa termasuk juga lingkungan etnis seseorang itu dibesarkan. 26 25 Mar’at, Sikap Manusia, Perubahan Serta Pengukurannya, Jakarta Gramedia Widyasarana, 1992. Hal. 132. 26 Muhammad Asfar, “Beberapa Pendekatan Dalam Memahami Perilaku Memilih”, Jurnal Ilmu Politik edisi Jakarta, Pustaka Utama,1996, hal. 47-48 Lebih lanjut lagi jika menggunakan pendekatan struktural untuk mempelajari perilaku politik seseorang akan dikaitkan dengan suku atau etnisitasnya. Hal ini juga tidak terlepas dari budaya politik yang dianut oleh etnis tertentu, sehingga untuk menjelaskan perilaku politik seseorang terlebih dahulu Universitas Sumatera Utara harus diketahui sejauh mana tingkat orientasi seseorang terhadap sistem politiknya dengan kata lain perilaku politik seseorang dapat dipahami melalui budaya politiknya. Adapun pendekatan yang dibuat penulis adalah Pendekatan Sosiologis. 27 Gerald Pomper Pendekatan ini pada dasarnya menekankan peranan faktor-faktor sosiologis dalam membentuk perilaku politik seseorang, pendekatan ini menjelaskan bahwa karakteristik sosial dan pengelompokan sosial itu mempunyai peranan yang cukup signifikan dalam menentukan perilaku pemilih. Karakter dan pengelompokan sosial berdasarkan umur tua-muda, jenis kelamin Laki- Perempuan, status sosioekonomi seperti pendidikan, jenis pekerjaan, pendapatan dan kelas, agama, etnik, bahkan wilayah tempat tinggal misalnya kota, desa, pesisir ataupun pedalaman. 28 Dalam studi-studi perilaku pemilih di negara-negara demokrasi, agama tetap merupakan faktor sosiologis yang sangat kuat dalam mempengaruhi sikap pemilih terhadap partai politik atau kandidat. Dalam hal ini agama diukur dari afiliasi pemilih terhadap agama tertentu seperti Islam, Kristen Protestan, Kristen Katolik, memperinci pengaruh pengelompokan sosial dalam kajian voting behavior ke dalam dua variable yaitu predisposisi kecenderungan, sosial ekonomi, dan keluarga pemilih. Sosialisasi yang diterima seseorang pada masa kecil sangat mempengaruhi pilihan politik mereka, terutama pada saat pertama kali menentukan pilihan politik. Apakah preferansi politik ayah dan ibu berpengaruh pada preferensi politik anak, sedangkan predisposisi sosial ekonomi berupa agama yang dianut, tempat tinggal, kelas sosial, karakteristik demografis dan sebagainya. Hubungan antara agama dengan perilaku pemilih nampaknya sangat berpengaruh dimana nilai-nilai agama selalu hadir di dalam kehidupan privat dan publik dianggap berpengaruh terhadap kehidupan politik dan pribadi para pemilih. Hal ini biasanya berhubungan dengan status ekonomi seseorang. 27 http 28 Gerald Pomper, Voter’s Choice Varieties of American Electoral Behavior, New York Dod, Mead Company, 1978, Universitas Sumatera Utara Hindu, Budha. Asumsinya bahwa para pemilih yang beragama Islam akan cenderung memilih partai-partai Islam demikian juga yang beragama Kristen Protestan akan memilih Partai Kristen dan seterusnya. 29 Partisipasi Politik
Umumnya terdapat 4 elemen penting yang mampu mempengaruhi perilaku organisasi. Empat elemen yang mampu mempengaruhi organisasi adalah berasal dari internal organisasi dan eksternal organisasi. Berikut ini adalah penjelasannya. 1. Manusia. Manusia adalah sistem sosial di dalam internal organisasi. Mereka terdiri dari individu ataupun
Perilaku politik dan pilihan merupakan sebuah konstruksi sosial, sehingga untuk memahaminya diperlukan dukungan konsep dari berbagai berbagai disiplin ilmu. Dalam menganalisis hal tersebut, maka banyak variabel yang perlu diperhatikan dalam konteks sosial yang sangat dinamis. Mulai dari variabel ekonomi, psikologi sosial, konsep sosiologis geopolitik dan sebagainya Gaffar, 2005. Berbagai disiplin ilmu atau berbagai variabel digunakan secara menyeluruh dan integral. Sebagai manifestasi sikap politik, pilihan politik tidak dapat dipisahkan dari budaya politik yang oleh Almond dan Verba diartikan sebagai suatu sikap orientasi yang khas warga negara terhadap sistem politik dan aneka ragam bagiannya, serta sikap terhadap peranan warga negara didalam sistem itu. Almond menyebutkan bahwa, tiap sistem politik mewujudkan dirinya di dalam pola orientasi-orientasi dan tindakan-tindakan politik tertentu. Dia menyebut pola-pola orientasi-orentasi ini sebagai kebudayaan politik. Seseorang dalam suatu komunitas masyarakat akan dihadapkan oleh nilai dan norma yang diterima sebagai suatu kemestian. Hal inilah yang mempengaruhi pola perilaku seseorang beserta orientasi-orientasi terhadap objek-objek yang ada, dan seperti yang disebutkan oleh Almond, bahwa pola-pola orientasi terhadap objek-objek politik, merupakan wujud dari kebudayaan politik suatu komunitas masyarakat. Dalam suatu masyarakat terdapat suatu nilai-nilai yang dianut sebagai suatu kesatuan pola bertindak, berpikir dan merasakan. Inilah yang disebut sebagai budaya masyarakat secara keseluruhan. Sejumlah elemen kebudayaan dianut dan mempengaruhi perilaku seluruh anggota masyarakat, sementara sejumlah elemen kebudayaan yang lain, meskipun dianggap memiliki salienasi yang tinggi oleh para penganutnya, hanya berlaku di kalangan anggota kelompok yang sangat terbatas, dalam artian inilah para ahli membedakan pengertian kebudayaan dari sub kebudayaan. Dari uraian diatas, dapat di katakan bahwa terdapat suatu nilai yang berlaku secara menyeluruh, tapi terdapat pula nilai yang dianut oleh kelompok masyarakat tertentu, dan itu biasanya tidak berlaku bagi kelompok masyarakat lain Mashod, 1987 . Seperti halnya pendekatan- pendekatan yang diuraikan sebelumnya tentang perilaku memilih, itu bersumber dari penelitian yang diadakan di negara-negara maju, pemilu yang berulang-ulang dan praktek demokrasi yang relatif bersih, memungkinkan teori itu memiliki validitas tinggi untuk memprediksi perilaku pemilih untuk pemilu-pemilu berikutnya. Untuk konteks Indonesia, terdapat perbedaan antara masa orde baru dan pasca orde baru, seperti iklim sosial politik yang berbeda antara kedua masa tersebut. Tapi bukan berarti hasil kajian pada masa sebelumnya sama sekali tidak bisa digunakan, mengingat hasil penelitian pada masa reformasi masih sangat terbatas. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi prilaku politik munurut Surbakti 199216 adalah 1. Lingkungan sosial poltik taklangsung, seperti sistem politik, ekonomi, sistem kebudayaan media massa. 2. Lingkungan sosial politik langsung yang mempengaruhi dan membentuk kepribadian masyarakat seperti keluarga, agama, sekolah, dan kelompok pergaulan. 3. Struktur kepribadian yang tercermin dalam sikap individu. 4. Faktor lingkungan sosial politik langsung berupa situasi, yaitu keadaan yang mempengaruhi masyarakat secatra langsung ketika hendak melakukan suatu kegiatan, sepri cuaca, keadaan keluarga, keadaan ruang, kehadiran orang lain, suasana kelompok dan ancaman dengan segala bentuknya. Dari lingkungan sosial politik langsung masyarakat mengalami sosialisasi langsung dan internalisasi nilai dan norma masyarakat, termasuk nilai dan norma kehidupan bernegara dan pengalaman-pengalaman hidup pada umumnya. Dimana faktor lingkungan sosial politik yang berupa sosialisasi internalisasi dan politisasi, selain itu faktor lingkungan sosial politik taklangsung juga mempengaruhi lingkungan sosial politik langsung berupa situasi. Faktor lingkungan sosial berupa sosialisasi, internalisasi dan politisasi akan mempengaruhi struktur kepribadian atau sikap perilaku pemilih. Perilaku politik suatu masyarakat juga bisa dipengaruhi oleh adanya unsur-unsur kekuasaan. Seorang pemimpin sebagai pemilik kekuasaan bisa mempengaruhi, bahakan menciptakan dan menggiring pengikut, menjadi provokator pengikut, sehingga para pengikut dapat mempengaruhi pemimpin yang diinginkan. Sebaliknya seorang pengikut dapat mempengaruhi pemimpin, bisa memberikan bisikan, dan menyuruh untuk memeprtahankan kekuasaan dan bahkan bisa menjatuhkan kekuasaannya Hidayat, 2002 44. Diantara beberapa jenis pengelompokkan sosial, agama merupakan salah satu faktor penting pembentukan perilaku memilih di Indonesia, sejumlah penelitian menunjukkan, agama pemilih memiliki korelasi nyata dengan perilaku memilih Prihatmoko, 2005. Setiap orang yang mengaku beragama, akan mengidentifikasi dirinya sebagai bagian dari kelompok agamanya dan pilihan politiknya biasanya disejalankan dengan agama yang dianutnya. Studi tentang besarnya pengaruh agama, bisa saja menjadi hal yang kurang relevan lagi untuk masa sekarang ini. Tapi beberapa rujukan lain justru memperkuat bahwa agama menjadi variabel penting dalam membentuk perilaku memilih. Selain orientasi agama, terdapat faktor sosial yang perlu mendapat perhatian yaitu usia dan jenis kelamin. Studi-studi tentang faktor usia dan jenis kelamin terhadap perilaku pemilih sangat penting dilakukan, jumlah kaum wanita yang lebih lima puluh persen dari total populasi merupakan proporsi yang menentukan hasil pemilu jika terdapat korelasi erat antara jenis kelamin dan pola pilihan. Berbicara tentang korelasi antara jenis kelamin dengan pola pilihan, Ramlan Surbakti menjelaskan terdapat perbedaan perilaku politik perempuan dari pria baik pada peringkat warga negara maupun pada peringkat elit yang dijelaskan dengan perbedaan belajar mengenai sex roles dan sex role yang pantas dalam bidang politik pada masa kanak-kanak atau masa ini diartikan sebagai sosialisasi politik. Populasi perempuan yang melebihi setengah dari keseluruhan jumlah populasi merupakan suatu kajian yang menarik, apalagi mekanisme yang ada yaitu legitimasi pada hasil pemilihan umum yang mensyaratkan suara mayoritas, menjadikan posisi perempuan ini menjadi hal yang patut untuk diperhatikan. Adanya perbedaan perilaku politik antara laki-laki dan perempuan, seperti yang diungkapkan oleh Ramlan Surbakti, menjadikan faktor sosial ini perlu diperhatikan. Faktor sosial lainnya yang perlu diperhatikan yaitu orientasi kandidat. Pengaruh orientasi kandidat terhadap pola perilaku dan pilihan pollitik tidak tampak pada pemilu-pemilu pada zaman orde baru, dengan sistem pemilu yang memilih partai, umumnya para pemilih tidak memperhatikan kandidat saat melakukan pencoblosan. Sistem yang ada pada masa orde baru, memang tidak menyediakan ruang untuk proses pencoblosan kandidat. Tapi pada masa yang lebih demokratis, maka hal ini dimungkinkan. Perilaku pemilih pada pemilu 1999, walaupun masih sistem pencoblosan lambang partai, dipengaruhi faktor kandidat. Hal ini membuktikan bahwa sistem yang lebih demokratis akan membuka seluas-luasnya ruang kontestasi untuk setiap orang untuk “berkompetisi” sesuai dengan aturan yang ada Mufti. 2005. Pada pemilu 2009 dengan sistem pemilihan tanda gambar partai dan nama kandidat, faktor kandidat legislatif akan memberi pengaruh besar terhadap perilaku memilih, terlebih-lebih pada pemilihan presiden dengan sistem pemilihan langsung. Terdapat bangunan kognitif yang digunakan oleh pemilih untuk menilai seseorang yang akan maju sebagai calon atau kandidat, sehingga faktor kandidat sangat berpengaruh terhadap pola pilihan pemilih. Adnan Nursal 200437 menguraikan sejumlah orientasi pemilih dalam ajang pemilihan umum, antara lain 1. Sosial imagery atau citra sosial pengelompokan sosial, menunjukan streotip kandidat atau partai untuk menarik pemilih dengan menciptakan asosiasi antar kandidat atau partai dengan segmen - segmen tertentu dalam masyarakat. Social imagery adalah citra kandidat dalam pikiran pemilih mengenai “berada” didalarn kelompok sosial mana atau tergolong sebagai apa sebuah partai atau kandidat politik. Social imagery dapat terjadi berdasarkan banyak faktor antara lain a. Demografi 1 Usia contoh partai anak muda 2 Gender contoh calon pemimpin dari kelompok hawa 3 Agama contoh partai bercorak Islam, Katolik b. Sosio ekonomi 1 Pekerjaan contoh partai kaum buruh 2 Pendapatan contoh partai wong cilik c. Kultur dan etnik 1 Kultur contoh kandidat adalah seniman, santri 2 Etnik contoh orang Jawa, Sulawesi d. Politis-ideologi contoh partai nasionalis, partai agamis, partai konservatif, partai moderat. 2. Identifikasi partai, bisa menjadi salah satu faktor yang cukup signifikan dalam menentukan pilihan politik sesuai dengan kedekatan terhadap suatu partai yang dihubungkan dengan kandidat. 3. Identifikasi kandidat a. Emosional feelings, dimensi emosional yang terpancar dari sebuah kontestan atau kandidat yang ditunjukan oleh police making yang ditawarkan. b. Kandidat personality, mengaju pada sifat-sifat pribadi yang penting yang dianggap sebagai karakter kandidat. 4. Isu dan kebijakan politik, pengaruh isu dan program bisa memberikan kontribusi yang signifikan terhadap perilaku pemilih. Semakin tingginya pendidikan pemilih, yang bisa meningkatkan daya kritis, semakin menyebabkan pentingnya peranan isu dan program. 5. Peristiwa-peristiwa tertentu a. Current events, mengacu pada himpunan peristiwa, isu, dan kebijakan yang berkembang menjelang dan selama kampanye. b. Personal events, mengacu pada peristiwa pribadi dan peristiwa yang pernah dialami secara pribadi oleh seorang kandidat. Misalnya, skandal seksual, skandal bisnis, menjadi korban rezim, pernah ikut berjuang dan lain-lain. 6. Epistemic, adalah isu-isu pemilihan yang spesifik dimana dapat memicu keingintahuan pemilih mengenai hal-hal tertentu. Selanjutnya Lipset 2007181 juga mengemukakan, perilaku pemilih akan dipengaruhi oleh struktur sosial seorang individu, seperti kelompok politik dan sistem politik yang melekat pada individu berdasarkan etnis, agama, atau sistem ekonomi regional. Kemudian Upe 2008205 menurut hasil penelitiannya menyimpulkan terdapat enam variabel atau faktor sebagai stimulus politik yang mempengaruhi perilaku pemilih dalam memilih kandidat, antara lain 1. Identifikasi figure Dalam proses Pemilihan Anggota Legislatif disebut juga sebagai pemilihan perorangan, hanya saja proses pencalonan melalui seleksi partai politik yang memiliki persentase kursi legislatif yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Bahkan saat ini sudah dimungkinkan pencalonan diluar partai atau lebih dikenal dengan calon independent. Oleh sebab itu, harapan dari momentum ini adalah terpilihnya figur yang berkualitas, sehingga mampu membawa perubahan kearah yang lebih baik, tentu dengan melihat sosok calon pemimpin yang berkemampuan dan profesional. 2. Identifikasi partai politik yang mengusung Secara sosiologis ada kemungkinan faktor ini dapat memberikan kontribusi yang cukup signifikan. Dimana pemilih mengaitkan pilihannya dengan kelompok sosialnya, dalam hal ini partai politik. 3. Isu kampanye Kampanye merupakan proses penyampaian program dari masing- masing pasangan calon melalui pesan-pesan politik yang bertujuan untuk mempengaruhi persepsi, sikap dan perilaku pemilih. 4. Faktor juru kampanye Juru kampanye yang dimaksud yakni siapa saja yang aktif menyampaikan program-program pasangan calon, baik pada saat kampanye maupun diluar kampanye. Tentu saja para juru kampanye tersebut memiliki ikatan yang lebih dekat dengan konstituen di sekitar mereka. 5. Pertimbangan insentif hibah politik Fenomena menarik dalam Pemilihan Anggota Legislatif adalah maraknya kapitalisme Pemilihan Anggota Legislatif . Pertama, sebuah partai memiliki kewenangan untuk menuntut kontribusi kepada partai politik yang akan mengusungnya. Kedua, dalam kondisi pemilih yang masih sangat terbatas baik aspek ekonomi maupun politik, bisa dimanfaatkan para pihak kandidat untuk mendapatkan suara, dalam hal ini disebut hibah politik. 6. Faktor kelompok penekan pressure group Ajang Pemilihan Anggota Legislatif merupakan sebuah ajang demokratis, namun juga tidak menuup kemungkinan terjadinya praktek premanisme atau apapun bentuknya yang menekan pemilih untuk memilih kandidat tertentu. Selainitu juga ada tekanan dari kelompok dimana masing- masing individu berada seperti keluarga, pertemanan, lingkungan pekerjaan dan sebagainya.
C LINGKUNGAN POLITIK. Sistem politik diartikan sebagai sistem pemerintahan di suatu Negara. Sistem politik dapat dinilai berdasarkan 2 dimensi yang berhubungan, yaitu: 1. Kolektivisme dan individualisme. Sistem kolektivisme adalah suatu system yang menekankan kepada pencapaian tujuan bersama dari tujuan individu. 2. Demokrasi dan Totaliter.
Table of Contents Definisi lingkungan politik Dampak lingkungan politik terhadap bisnis dan contoh-contohnya Bagaimana bisnis meminimalkan ancaman dari lingkungan politik Lingkungan politik political environment dapat berubah secara dramatis. Misalnya, pada 2018, Presiden Donald Trump melakukan perang dagang dengan Cina. Dia menetapkan tarif dan hambatan perdagangan lainnya pada produk China. Dia berpandangan bahwa praktik perdagangan tidak adil oleh Tiongkok bertanggung jawab atas peningkatan defisit perdagangan AS, pencurian kekayaan intelektual, dan transfer teknologi Amerika secara paksa. Lingkungan politik mengacu pada faktor-faktor di luar perusahaan, yang berkaitan dengan pemerintah atau urusan publik suatu negara, yang memengaruhi perusahaan. Pemerintah, di sini, memiliki arti luas. Itu dapat merujuk kepada pemerintah pusat, pemerintah daerah, lembaga pemerintah, lembaga pemerintah independen seperti Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan. Dalam beberapa kasus, lembaga transnasional seperti Organisasi Perdagangan Dunia, IMF, dan Bank Dunia juga termasuk dalam kategori ini. Dalam arti yang lebih luas, istilah ini juga mencakup berbagai lembaga yang memiliki kewenangan untuk meluncurkan kebijakan dan peraturan. Dampak lingkungan politik terhadap bisnis dan contoh-contohnya Perubahan iklim politik dapat membawa risiko yang signifikan. Mereka dapat membahayakan strategi perusahaan. Perang, kekacauan politik, dan korupsi adalah contohnya. Beberapa yang lain juga memiliki efek menguntungkan seperti privatisasi dan penegakan hukum yang ketat. Berikut ini saya buat daftar variabel penting dari lingkungan politik Peraturan dan kebijakanBirokrasiStabilitas sistem politik, termasuk perubahan kepemimpinanKomitmen untuk menegakkan aturan, seperti kepemilikan atau hak kontraktualKorupsiKebebasan persPrivatisasi atau nasionalisasiDeregulasi Pemerintah memiliki minat dalam kegiatan ekonomi. Mereka meluncurkan peraturan dan kebijakan untuk mencapai tujuan seperti Pertumbuhan ekonomi yang kuatInflasi rendah dan stabilLapangan kerja penuhNeraca pembayaran seimbangDistribusi pendapatan Untuk mencapai tujuan-tujuan ini, pemerintah menegakkan dan menciptakan kerangka kerja di mana bisnis dapat dilakukan. Mereka menyediakan infrastruktur, baik fisik dan non-fisik seperti transportasi dan fasilitas publik, fasilitas pendidikan, program kesejahteraan, dan penegakan hukum. Mereka juga mengambil beberapa kebijakan dan peraturan yang mengatur bisnis. Perubahan kebijakan dan peraturan memiliki paparan signifikan terhadap bisnis. Sebagai contoh Aturan anti monopoli atau persaingan mengatur perusahaan bisnis dan mempromosikan persaingan untuk kepentingan perburuhan mengatur hubungan pekerja-pengusaha. Mereka dapat terdiri dari upah minimum, praktik diskriminatif, persyaratan kerja, kesehatan dan keselamatan kerja, dan perlindungan data yang mengatur pengelolaan informasi lingkungan mencakup aspek hukum tentang bagaimana bisnis harus beroperasi ramah pajak tarif dan insentif pajak mengatur pungutan wajib terhadap perorangan atau entitas oleh perdagangan seperti tarif, kuota impor, dan prosedur administrasi yang terkait dengan kekayaan intelektual mengatur perlindungan hak cipta, paten, dan perlindungan kekayaan intelektual subsidi, baik bisnis maupun perorangan, seperti subsidi ekspor dan subsidi tata kelola perusahaan untuk memastikan bahwa perusahaan beroperasi secara transparan dan etis untuk mempromosikan praktik bisnis yang etis. Bagaimana bisnis meminimalkan ancaman dari lingkungan politik Dalam beberapa kasus, perusahaan mengembangkan strategi politik untuk mengurangi risiko dan menciptakan peluang. Beberapa perusahaan besar mungkin memiliki pelobi mereka sendiri, atau mereka melakukannya melalui asosiasi dagang. Mereka memainkan permainan politik dan mencurahkan sumber daya yang sangat besar untuk politik untuk mempengaruhi keputusan pemerintah yang penting bagi bisnis mereka. Mereka beroperasi secara pribadi, melalui negosiasi yang tenang dengan para politisi. Bisnis juga dapat terlibat dalam lobi tidak langsung. Mereka mengumpulkan karyawan mereka sendiri, pemangku kepentingan, atau masyarakat umum untuk menyuarakan isu-isu strategis kepada para pembuat kebijakan. Dalam membangun opini, bisnis dapat mengelola melalui kampanye media atau bahkan demonstrasi.
cMCEP.
  • rpoa3mrxxj.pages.dev/468
  • rpoa3mrxxj.pages.dev/467
  • rpoa3mrxxj.pages.dev/392
  • rpoa3mrxxj.pages.dev/417
  • rpoa3mrxxj.pages.dev/600
  • rpoa3mrxxj.pages.dev/395
  • rpoa3mrxxj.pages.dev/2
  • rpoa3mrxxj.pages.dev/822
  • rpoa3mrxxj.pages.dev/93
  • rpoa3mrxxj.pages.dev/145
  • rpoa3mrxxj.pages.dev/714
  • rpoa3mrxxj.pages.dev/336
  • rpoa3mrxxj.pages.dev/708
  • rpoa3mrxxj.pages.dev/115
  • rpoa3mrxxj.pages.dev/205
  • lingkungan sosial tidak langsung yang mempengaruhi politik individu adalah